Mar 13, 2016

Menstruasi Berkepanjangan




Apakah di antara Anda ada yang pernah mengalami haid atau menstruasi berkepanjangan?

Masa haid normalnya berkisar antara 5-8 hari, namun ini tergantung pada siklus menstruasi masing-masing orang. Saya sendiri termasuk yang cukup lama, baru benar-benar bersih hingga 9 hari. Rasanya rugi sekali saat Ramadhan tiba, ketika saya harus bolong puasa 9 hingga 10 hari. Maasyaa Allah, saat mengganti/qadha puasa setelah Ramadhan selesai itu seperti tak selesai-selesai saking banyaknya. Tapi rupanya ada juga yang siklus menstruasinya mencapai 15 hari. Qadarullah, insya Allah ada kebaikan dalam setiap kehendak Allah :)

Saya mengalami haid berkepanjangan atau muncul flek di luar haid sejak masa gadis.  Pernah saya periksakan pada dokter kandungan, namun sang dokter tidak dapat melakukan pemeriksaan lebih lanjut pada organ vital tersebab saya belum menikah. Diagnosa pun sebatas perkiraan bahwa yang terjadi dikarenakan pengaruh hormon.

Dua bulan terakhir haid saya rupanya muncul 2x dalam sebulan. Yang pertama benar-benar haid, namun yang kedua ini meragukan. Jedanya semenjak suci hanya 5 hari saja dan munculnya di luar kebiasaan. Selain itu saya juga merasakan nyeri di perut bagian bawah yang persis sekali nyeri saat haid. Tapi kali ini karakter darahnya merah dan segar, tidak seperti darah haid yang amis dan kehitaman. Dengan karakter seperti itu, maka saya memutuskan untuk tetap shalat, karena saya yakin ia adalah darah istihadhah (darah penyakit). Alhamdulillah keputusan saya tidak keliru, karena setelah saya berkonsultasi dengan Dr. Valleria, Spog, beliau membenarkan bahwa itu adalah darah istihadhah. Meski demikian beliau menyarankan agar saya memeriksakan diri ke dokter kandungan, karena hal tersebut tergolong abnormal. Diagnosanya hanya bisa tegak setelah ada pemeriksaan langsung. Dan waktu pemeriksaan pun sebaiknya dilakukan saat darah masih keluar, ujar beliau.

Selang bersih 2 hari, rupanya darah keluar lagi seperti semula dengan volume sedang. Kali ini saya mengejar jadwal dokter supaya dapat memperoleh kepastian diagnosa. Maka berangkatlah saya diantar suami tercinta ke dr. Andi Fathimah, spog, di RS Aulia Jagakarsa. Dokter kandungan yang ternyata seangkatan dengan Dr. Valleria ini adalah dokter yang mendampingi selama proses kehamilan anak ke-2 saya. Sosoknya yang keibuan, lembut dan mau menjelaskan dengan sabar membuat saya dan suami nyaman saat berkonsultasi dengan beliau.

Namun tak ayal, berbagai pikiran berkecamuk dan rasa cemas tak juga terhindarkan, khawatir terdapat penyakit yang parah semisal kista, kanker rahim, dsb.. na’udzubillaah. Meski begitu suami menenangkan saya bahwa yang saya alami besar kemungkinan hanyalah pengaruh hormon. Rupanya ia sempat membaca beberapa sumber di internet yang menyebutkan beberapa kemungkinan dari abnormal bleeding ini.

Sampai di rumah sakit sayapun menjalani serangkaian pemeriksaan, yakni periksa dalam (VT/Vaginal Toucher) dan USG. Alhamdulillah rahim saya bersih dan tidak ditemukan kelainan yang mengkhawatirkan. Hanya saja dinding rahim saya rupanya cukup tebal/mengalami penebalan (hiperplasia). Jika dalam keadaan tidak haid ketebalan normal dinding rahim adalah sekitar 3 mm saja, dinding rahim saya saat itu mencapai 10 mm. Dr. Fathimah mengatakan bahwa penebalan dinding rahim ini terjadi karena faktor ketidakseimbangan hormonal, ketika peningkatan hormon estrogen tak diimbangi oleh peningkatan progesteron. Faktor penyebab lain bisa karena di picu oleh Ada gangguan kesehatan, seperti mengidap diabetes, obesitas, atau gangguan yang mempengaruhi kelenjar pituitary (kelenjar di otak yang mempengaruhi hormon), pemakaian obat-obatan yang mengandung estrogen dan progesterone, stres yang berat dan berkesinambungan.

Dengan kondisi seperti ini wajar saja saya mengalami pendarahan, karena dinding rahim yang tebal ini memang akan meluruh dengan sendirinya di bawah pengaruh hormon estrogen dan progesteron. 
Hiperplasia sendiri memiliki beberapa level, yaitu :
  1. Simplek. Penderita dengan kondisi ini tak perlu cemas berlebihan karena Hiperplasia simplek tergolong ringan dan takkan berakhir dengan keganasan sehingga penderita tetap masih bisa hamil.
  2. Kistik. Seperti halnya simplek, kasus ini tak berbahaya.
  3. Atipik. Kondisi yang satu ini mesti diwaspadai. Atipik cenderung merupakan cikal bakal kanker.
Sementara itu, pengobatan yang bisa ditempuh pasien adalah :
  • Tindakan kuratase selain untuk menegakkan diagnosa sekaligus sebagai terapi untuk menghentikan perdarahan.
  • Terapi hormon untuk menyeimbangkan kadar hormon di dalam tubuh. Namun perlu diketahui kemungkinan efek samping yang bisa terjadi, di antaranya mual, muntah, pusing, dan lainnya. Rata-rata setelah menjalani terapi hormonal sekitar 3-4 bulan, gangguan penebalan dinding rahim sudah bisa diatasi. Jika pengobatan hormonal yang dijalani tak juga menghasilkan perbaikan, terapi akan dilanjutkan dengan obat lain.
Karena rahim saya bersih dan tidak memerlukan tindakan kuretase, maka dr. Fathimah hanya memberikan obat penormal hormon dengan dosis tertentu.

Dr. Fathimah juga menyatakan bahwa hiperplasia ini tidak perlu dikhawatirkan, namun tetap saja dapat menjadi berbahaya di kemudian hari, karena ia berpotensi menjadi kanker rahim. Tetapi, seolah menenangkan saya, dokter Fathimah buru-buru berujar bahwa kanker rahim biasanya terjadi di usia mendekati 50 tahun. Mudah-mudahan saya bisa terus menjaga kesehatan organ kewanitaan sehingga tak perlu mengidap penyakit yang parah. Dan untuk Anda, jika mengalami menstruasi berkepanjangan, ada baiknya untuk segera memeriksakan diri ke dokter agar dapat diketahui penyebabnya dan tentu saja treatment yang tepat.
referensi :
http://www.kompasiana.com/omri/apakah-yang-perlu-diketahui-wanita-mengenai-hormon_550eda9a813311b82cbc65eb
http://novalrohman.net/cara-menyembuhkan-penebalan-dinding-rahim.html
http://menstruasi.com/node/123


Feb 13, 2016

Siapa yang Butuh?





Di antara adab menuntut ilmu adalah kita menghampiri para guru.

***

Kemarin seharusnya jadwal saya berbagi ilmu pada rekan-rekan. Mau saya sebut ‘mutarabbiy’ rasanya saya juga belum layak dikatakan ‘murabbiy’. Jadi ya kita sebut begitu sajalah, majelis juga baru berjalan 3 bulanan.

Jadwal kali ini tiba-tiba berubah. Begini bunyi mesej yang terkirim di wa saya, “mba Indra hari ini ternyata ada ta’lim dengan ustadz blabla.. liqonya kita cancel saja ya.”

Hati saya bergemuruh membaca pesan itu, meski akhirnya saya balas, “hmm.. hari ini sudah saya luangkan waktu sih khusus untuk teman-teman”, sambil membubuhkan emoticon smiley.

Setelah itu saya curcol pada murabbiy saya.  How come, ummi? Emang sih aku ga sekaliber ustadz itu blabla.. tapi kenapa ga jadwal lain aja yang dicancel.. why me, why me... *ini agak lebay sikit*

Nasihat beliau -yang sebenarnya sudah saya ketahui teorinya- kemudian meluncur : yang sabaaaarrr, indraaa... membangun komitmen itu berproses, ada yang cepat, ada yang lama. Lagipula kan memang belum lama mulai kelompoknya :)

Sebelumnya perasaan saya campur aduk. Ditambah pikiran lain yang juga menumpuk, sempurna membuat jiwa saya keruh. Harusnya murid yang nyamperin guru, ngejar-ngejar gurunya. Ini kenapa jadi saya yang harus ngejar-ngejar mereka. Siapa yang butuh? Okelah kalau ustadz anu memang ilmunya lebih sempurna, da aku mah apa atuh.. Cuma remah-remah rempeyek di kaleng khong guan. Tapi ngertiin kek kalo aku juga meluangkan waktu untuk mereka, memangnya aku gak ada kerjaan lain... dst dst.

“Siapa yang butuh?” ini meracun sekali. Alhamdulillah Allah segera beri saya hidayah untuk aware. Mereka mungkin tidak terlalu butuh, sehingga merasa tidak penting untuk membuat komitmen dengan saya. Tapi  alhamdulillah karena petunjuk Allah, saya gedor jiwa saya di saat itu bahwa sayalah yang membutuhkannya. Saya butuh ladang amal, saya butuh melatih sabar, saya butuh agar kelak tangan mulut kaki saya bersaksi bahwa saya sudah menyampaikan. Yes kamu yang butuh. Maka kamu layak perjuangkan itu. Kamu layak mengusahakannya dengan tetap santun, tetap beradab, dan kelak mereka akan melihat.

Tiba-tiba saya pun teringat tulisan seorang guru yang saya hormati. Dulu di masa-masa jahil beliau, ujarnya, seorang senior kampusnya yang gigih mengajak belajar islam, harus menelan kenyataan selalu ditinggal kabur oleh para juniornya. Junior-junior ini lebih suka menghindar dengan berbagai alasan ketimbang duduk bersamanya dalam majelis untuk memperdalam agama. Tapi sang senior tidak pernah marah, tidak sedikitpun surut mengajak, tidak tampak bosan mengejar-ngejar. Saat berjumpa dia selalu berhias senyuman tulus, sapaan hangat, perhatian yang ikhlas, dan tak berubah sampai akhirnya mereka berpisah.

Bertahun-tahun kemudian, beberapa di antara mereka akhirnya tersentuh untuk mendalami agama lebih kontinyu. Dan teringatlah mereka pada kebaikan sang murabbiy, si kakak senior tadi. Jikalah si senior ini tidak sabar, bosenan, baperan *ya Robb gue banget* dan semacamnya, mungkin tidak ada sedikitpun bekas akan kebaikan akhlaq penyeru diin ini. Ini juga yang kemudian menginspirasi beliau untuk terus sabar, terus mendoakan, karena bagaimanapun usaha seniornya itu berbuah! Tidak dalam waktu singkat, tapi menembus masa, berbilang tahun kemudian. Dan si junior, guru saya itu, terus mendoakannya karena sungguh hidayah itu amat tak ternilai, dan menjadi perantaraannya adalah pekerjaan mulia. Maasyaa Allah. Doa itu! Adakah yang lebih indah dalam muamalah selain mendapat doa tulus dari sesama?

Kemudian saya merasa kecil, kerdil. Sudah tahu watak jalan ini namun baru sedikit saja terbentur, mengeluhnya jauh lebih banyak ketimbang sabarnya. Padahal Nabi harusnya lebih layak baper, lebih layak lari saat menghadapi masyarakat yang begitu bengal saat ditunjukkan kebaikan, lebih nangis darah karena ujiannya berrrkali lipat jauh lebih dahsyat.

Jadi siapa yang butuh?

Saya insyafi ini kalimat angkuh. Merasa lebih, merasa ingin dihargai.
Padahal keangkuhan inilah yang menghalangi kita masuk surga-Nya. Pun adab menuntut ilmu memang menggariskan bahwa mendatangi guru itu lebih patut, tapi kebersihan hati jua menjadi syarat jiwa ini kelak selamat.

Ya, saya yang butuh. Maka saya perlu kejar itu, perlu optimalkan diri di situ. Mudah-mudahan ada cipratan hidayah-Nya  atas apa yang telah tersampaikan. Jikapun tidak, cukuplah ia memberatkan catatan amal nanti di yaumil hisab.

***

Murabbiy saya lalu menutup nasihatnya dengan indah.
“...jadikan itu celah untuk perbaikan mereka. Jika dikemas dengan santun, dan disampaikan dengan niat kasih sayang, insya Allah akan diterima dengan baik. Semangat ya Indra shalihah :) ”

Kekesalan saya mencair, berganti rasa malu dan istighfar banyak-banyak, sekuat mungkin meluruskan niat. Ya Allah, ampuni, ampuni.. bimbing kami menuju-Mu...


Note : anyway ini mungkin cemen banget yak wkwk.. *tutupmuka* tapi yang cemen ini smoga ada pembelajarannya.


 Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?” (QS. Fushshilat: 33)

Feb 6, 2016

Jurnal Harian Anak

Bismillah.

Sudah waktunya tidur dan saya tak bisa memejamkan mata. Banyak hal belum selesai, dan mungkin tak pernah selesai karena mereka terus berulang setiap harinya. Pantas waktu saya bertanya serius pada seorang dokter tentang bagaimana tidur dengan lelap berkualitas, dia hanya tertawa dan menjawab sekenanya, “selesaikan semua urusan, mbak Indra. Tapi sayangnya urusan gak habis-habis ya.. hahaha...”. Fiuh :D

Tadinya saya mau bikin rancangan resep buat beberapa hari ke depan. Tapi teringat dan lebih tepatnya tergoda untuk ikutan nulis jurnal harian tentang perkembangan anak-anak. Yaa buat direcord aja, supaya kelihatan progress atau kemundurannya dari waktu ke waktu. Tapi kemudian teringat lagi kalau di folder leptop ini ada sekian tulisan yang rencananya akan dipost ke blog, tapi tak selesai daaann feel nya udah terbang entah kemana. #PR

Baiklah kita mulai dari yang saya pingin tulis aja dulu lah ya.

Jurnal harian anak.

Sesuai namanya, ini adalah rekam jejak observasi anak-anak sehari-hari. Tentang polahnya, aktivitas, dan terutama hal-hal positif yang mereka lakukan. Seorang teman saya yang praktisi dunia anak menyarankan untuk menuliskan (benar-benar MENULISKAN) hal positif yang dialami/dilakukan anak-anak setiap harinya. Ini berguna untuk membobol mindset dan kumpulan memori serta emosi negatif setelah berinteraksi dengan anak seharian. Maklumlah, jadi IRT yang stay at home selama 24 jam bareng bocah-bocah bukan tidak mungkin bikin kepala ini bertanduk dan berasap :D. Dan kalau sudah begini -apalagi terus terakumulasi setiap hari- yang terjadi adalah penumpukan informasi, pengalaman, memori atau emosi yang negatif tentang parenting. Akhirnya jadi berpikiran bahwa mengasuh anak itu susah, tidak menyenangkan atau bahkan menyebalkan, bikin capek dst dst. Lah padahal yang dulu minta dikaruniai anak..siapa.. wkwk.. *ngomong sama kaca*

So menuliskan pengalaman atau hal positif yang terjadi pada anak di hari itu, akan mereduksi pikiran-perasaan negatif kita. Meski secara faktual ada hal negatif terjadi, namun setidaknya akan mengalihkan diri kita dari state negatif tentang pengasuhan anak atau naudzubillah terhadap si anak itu sendiri. Menulis hal positif juga akan membimbing kita agar cenderung melihat hal-hal baik, yang pada gilirannya menggiring kita untuk bersyukur daripada mengeluh. Mudah-mudahan dengan bersyukur ini, Allah tambahkan lagi nikmat-Nya tak henti-henti :)

Manfaat lainnya tentu saja diri kita akan lebih ringan menjalani dinamika hidup bersama para bocah. Kita akan terbiasa melihat anak-anak dengan kacamata positif, dan ini sangat-sangat penting dalam pekerjaan superduper amazing bernama parenting. Meski saya sangat akui membersamai unyil-unyil itu cukup melelahkan, tapi kalau jiwa kita riang menjalaninya, insya Allah rasanya akan lebih ringan, sehat di jiwa.

Ohya, setelah ditulis, catatan ini perlu dibaca bersama pasangan. Kalau bisa berulang-ulang sebelum tidur. Ulangi selama beberapa hari dan lebih bagus lagi lakukan berturut-turut dalam 27 hari.

Terus.. mana contoh jurnal hariannya..?

Hehe.. sudah ngantuk. Saya posting di tulisan berikutnya aja :D








Jul 7, 2015

Menanamkan Tauhid pada Anak


Kuliah Akademi Keluarga Parenting Nabawiyah Angk. 3 Pertemuan ke-3
👨🏻 Ust. Rofiq Hidayat, Lc
✏ Resume : Indra Fathiana


🌾Tema ini sangat penting ketika kita sudah sepakat bahwa standar kebahagiaan hidup yang kekal nan tidak fana adalah menjalani ketetapan dan ridho Allah. Hidup sesuai dengan aturan Allah, tidak peduli dengan celaan dan pujian manusia.

🌾manusia ditempatkan di dunia karena kesalahan, tapi dunia adalah fase penentuan apakah kita akan kembali ke surga atau malah ke neraka karena kita durhaka

🌾Misi hidup seorang muslim adalah BERIBADAH (qs. Adz Dzariyat 56)
Ibadah di sini berbentuk kata kerja, mewakili aktivitas yg hari ini sedang berlangsung dan akan terus berlangsung di masa depan sampai waktu yg tak ditentukan. Ia BERKESINAMBUNGAN sejak manusia ditaklif (saat bersaksi di alam ruh) sampai ia wafat nanti.
So seorang muslim seharusnya tidak menyisakan sedikitpun aktivitas di dunia ini melainkan untuk ibadah. Sehingga apapun yg dilakukan manusia berpotensi menjadi ibadah, jika kita PAHAM ILMUnya. (kecuali maksiat pada Allah). Dan ibadah itu bukan sekedar shalat, mengaji dan hal2 lain yang mengalami penyempitan makna.

🌾Tugas dalam hidup : menjadi KHALIFAH
"Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". (Qs. Al Baqarah : 30)
🌾Tugas ini dibagi menjadi 2 :
1) hubungan dengan Allah (hablumminallah)
2) hubungan dengan manusia (hablumminannas)

🌾Jalan Takdir Kehidupan🌾
Qs. Asy Syams 7-10
➡ ayat 7-8 adlh wilayah ketuhanan, dan ayat 9-10 adlh wilayah manusia

Allah hanya memberikan kecenderungan pada manusia untuk memilih, namun manusialah yang memutuskan dan selayaknya tidak menjadikan takdir sebagai legitimasi atas pilihan buruk yang kita ambil.⁠⁠

🌾Dari paparan ini sejatinya kita memahami bahwa konsep hidup seorang muslim telah ada dan tak perlu dirumuskan lagi, yakni yang tertuang dalam syariat. Begitu juga dengan konsep masa depan di akhirat, jalan utk meraih kebahagiaan hidup, serta jalan untuk menuju kehidupan abadi yang diridhoi.

✨ "Hai orang2 yang beriman, bertakwalah pada Allah dengan sebenar2 taqwa kepada-Nya, dan janganlah sekali2 kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam" Qs. Ali Imron :102
➡ tetaplah dalam fitrah sejak janji tauhid itu diikrarkan.. Qoolu balaa syahidna

🌾Asas Pendidikan Islam 🌾
Qs. Al Baqarah 1-5
➡ Allah menyebut Al Qur'an sebagai kitab yang tiada keraguan padanya dan menjadi petunjuk.
Jangan pernah sama sekali meragukan apa yang terdapat dalam kitab.
➡ Visi pendidikan adalah menjadi orang yang muttaqin/bertaqwa.  Sedangkan pelajarannya adalah tentang keimanan (al ghoib), syariat, islam, konsep bermuamalah sesama manusia.
➡ Yang diajarkan pertama pada anak adalah keimanan, kemudian syariat (sholat dll). Bangun keimanan anak dan hak-hak yang harus ditunaikan kepada-Nya, atau dengan kata lain, membangun keshalihan pribadi. Setelah itu baru membangun keshalihan sosial dengan menafkahkan sebagian rejeki.⁠⁠

🌾 Konsep Pendidikan Al Qur'an 🌾
🔹Asas : Al Qur'an sebagai referensi utama
🔹Paradigma berpikir : keyakinan tanpa ragu sedikitpun ttg seluruh isi Al Qur'an
🔹Misi : menjadikan Al Qur'an sebagaj petunjuk hidup
🔹Visi : melahirkan generasi yang bertaqwa

🌱Rousseau mengatakan bahwa anak tidak layak dikenalkan dengan ketuhanan kecuali jika telah mencapai usia 18 tahun. Kita mungkin tidak terima. Yang dikhawatirkan adlh kalau kalimat ini dimodif dan dikemas dengan penelitian, kemudian disodorkan dg  sangat logis. Anak2 tidak boleh dikenalkan dengan konsep yang abstrak, yang celakanya sering disamakan dengan hal goib.
Padahal mengimani yang ghoib dalam Islam merupakan hal penting dan berbeda dengan konsep abstrak yang dimaksud Rousseau.

🌱 Penanaman tauhid mrpkn pondasi terpenting di dunia pendidikan Islam, pondasi semua kebesaran Islam dan muslimin. Jangan sampai terbalik, kita sibuk mengajarkan semua permainan edukasi sejak usia dini, dunia IT, baca tulis hitung bahkan bahasa asing, tetapi tidak mengajarkan tauhid.

🌾Urutan Menanamkan Tauhid 🌾
Menurut Al Ghazali, tahapan menanamkan tauhid pd anak adalah:
1. Al Hifdz - dihafal  ➡ 2. Al Fahm - difahami ➡ 3. Al I'tiqod - ikatan ➡ 4. Al Iqon - keyakinan ➡ 5. At Tashdiq - pembenaran

"Jundub bin Junadah –radhiyallahu ‘anhu– berkata, “Kami telah bersama Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- ketika kami masih sangat muda. Kami mempelajari IMAN sebelum belajar AL QUR'AN, kemudian barulah kami mempelajari al-Quran hingga bertambahlah keimanan kami karenanya.” (HR. Ibn Majah dan disahihkan oleh al-Albani)

1⃣Al Hifdz : Menghafal
Yaitu membacakan berulang-ulang hingga anak2 hafal dan bisa mengucapkannya.
"Siapa Tuhanmu? >> "Allah"
📗📗 cek metode tanya-jawab mengajarkan tauhid sejak dini di buku Ta'limush Shibyan at Tauhid⁠⁠ - Muhammad bin Abdul Wahhab

❗Ajari anak menghafal konsep2 keimanan meski mereka belum paham benar arti dan kandungannya, karena akal mereka belum sampai. Di masa ini kita belum perlu memaparkan dalil, nanti akan ada waktunya.
Dalam kitab Ihya' Ulumiddin, Al Ghazali memulainya dengan menjelaskan tentang sifat sempurna Allah. Kemudian dilanjutkan dengan rukun iman; kehidupan setelah kematian, adzab kubur, mizan, shirath, hisab, surga dan neraka, syafaat. Selanjutnya tengang keutamaan para sahabat Nabi, urutan sahabat setelah Nabi secara kemuliaan dll.

✨ Teknis tahap Menghafal (Al Hifdz)
1. Mulai dengan TALQIN (membacakan berulang2 hingga anak hafal dan bisa mengucapkannya)
2. PENGUATAN dengan pemahaman ilmu tauhid dari Qur'an dan Hadits, sibukkan dengan ibadah dan duduk dengan orang2 shalih, takut kepada-Nya, tenang bersama-Nya
3. Jauhi pengajaran tauhid versi filsafat.

Allah melapangkan awal pertumbuhan anak-anak untuk masuknya iman tanpa ada kebutuhan dan bukti. Namun hal ini membutuhkan penguatan dan penetapan dalam jiwa anak dan juga orang awam agar teguh dan tidak guncang.
❓Bagaimana caranya??
➡ dengan tilawah Qur'an dan tafsirnya, membaca hadits dan memahami maknanya, sibuk dengan tugas ibadah.

🌾Agar Anak Berinteraksi Baik dengan Allah 🌾
(Dari tesis DR. Adnan Baharits)
1⃣Menghidupkan Fitrah
🔹yaitu menjaga dan menyirami fitrah anak agar ia terus tumbuh subur.
🔹Fasilitasi anak dengan hal2 yang mendekatkan mereka pada fitrahnya

2⃣ Mengenalkan nikmat-nikmat Allah
🔹ajak anak mengamati/mentadabburi ciptaan2 Allah (lihat, perhatikan, analisa, simpulkan, bersyukur)
"Allah-lah yang menurunkan hujan dan menumbuhkan biji-bijian.."
Ajarkan terlebih dahulu bahwa hujan diturunkan Allah, baru ajarkan proses terjadinya.
🔹 ajak anak mengingat nikmat Allah dan sibuk mensyukurinya. Qs. Fathiir : 3

3⃣ Muraqabatullah ~ merasa diawasi Allah
❓Bagaimana cara mengajarkan pada anak?
➡ dialog iman tentang Allah Maha Melihat >> tidak boleh bohong, nanti Allah marah. Dsb.
🔹Selalu merasa dalam pengawasan Allah
🔹Takut bermaksiat walau sendirian
🔹Semua perbuatan dan perkataan pasti tercatat
🔹Takut akan datangnya hari ketika mulut terkunci dan semua anggota tubuh berbicara
Qs. Luqman : 16
cek kisah Umar bin Khattab yang menguji seorang anak penggembala domba untuk menjual dombanya dan anak ini bertanya, "Dimana Allah?"

4⃣ Membiasakan Ibadah2 Wajib
Dengan beribadah, anak berlatih langsung untuk menanamkan tauhid uluhiyyah.

🔹Iman ibarat batang pohon, ibadah seperti akar dan pondasi yang menopangnya.
➡ iman perlu tegak dengan hal2 yang tak terlihat namun kokoh dan menguatkan. Jadi ajarkan anak beribadah bukan dengan iming-iming dari kita, tapi tanamkan dengan keimanan pada Allah. Tidak apa2 jika reward hanya sekedar stimulus, tapi terus ingatkan bahwa kita beribadah untuk mendapatkan ridho Allah. Karena jika ibadah selalu kita ajarkan secara transaksional, maka imannya mudah rapuh dan hancur hanya karena ujian yang kecil-kecil. (lihat Qs. Al Fajr : 15-16).

🔹Sholat sebagai ibadah wajib
"Perintahkan anak2 kalian sholat pada usia 7 tahun, pukullah mereka jika meninggalkannya pada usia 10 tahun dan pisahkan di antara mereka tempat tidurnya" (HR. Ahmad dan Abu Dawud-hasan)
➡ sebelum 7 tahun sudah dikenalkan/diajak, 7 tahun diperintahkan dan dipolakan seperti orang dewasa (rapi pada rukun, syarat dan khusyu'-nya), dan di usia 10 tahun bisa jadi tak perlu ada pemukulan.
❗Perhatikan, pemukulan hanya untuk pelanggaran syariat, khususnya sholat.
➡ Jika anak terbiasa beribadah sejak kecil, di usia aqil baligh ia akan terbiasa melakukannya. Namun jika saat baligh baru diajarkan, anak akan menganalisa dan mempertanyakan alasan dan orangtua akan sibuk menyiapkan reward (otak kritis anak berkembang di usia baligh -pen). Anak akan beribadah untuk menyenangkan orangtua dan bukan karena Allah.

❗Peran orangtua :
Selalu mencontohkan apa yang benar ➡ Keteladanan ➡ Kewibawaan ➡  Perintah yang selalu ditaati
✨ Beri peringatan dan nasehat ➕beri teladan ➕ serahkan pada Ahlinya (berdoa, tawakkal 'alallah).

5⃣ Kisahkan Indahnya Keimanan
"Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal" (Qs. Yusuf : 111)
➡ sebagian besar isi Al Qur'an yang merupakan petunjuk hidup adalah kisah. Maka kita bisa tiru metode Qur'an ini (berkisah) dalam mendidik anak. Sampaikan kisah yang detil dan jelas targetnya untuk penaaman tauhid.
🔹kisah Qabil-Habil🔹kisah 3 orang yang terjebak di goa🔹kisah Juraij dan ibunya🔹kisah Abu Hurairah dan setan🔹kisah Bilal bin Rabbah 🔹kisah Ashabul Kahfi 🔹kisah kesabaran Nabi Ayyub🔹kisah Nabi Yusuf as.⁠

6⃣ Kisahkan Indahnya Surga
"Aku sediakan untuk hamba-hamba-Ku yang shalih kenikmatan (tinggi di surga) yang belum pernah dilihat oleh mata, didengar oleh telinga, dan terlintas dalam hati manusia" (HR. Bukhari).
🔹Sajikan surga dan neraka secara seimbang, yang dimaksudkan untuk memunculkan harapan dan ketakutan/kewaspadaan.
❗Harus diberi ENDING untuk berharap surga dengan berbagai amalannya, dan menghindari neraka dengan berbagai amalannya. Jangan sampai anak ketakutan, tapi harus kita tumbuhkan sikap optimis dan waspada.
❗Jangan beritakan gambaran surga dengan detil yang tidak ada dalilnya.
Misal, apakah di surga ada es krim? Jawab saja dengan, yang penting kita berusaha agar masuk surga dulu, dan... "di dalamnya, kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan apa yang kamu minta." (QS. Fushilat : 31)

🌴 Nabi mengibaratkan seorang muslim seperti pohon kurma. Akarnya kuat menghujam, gambaran aqidah yang kokoh. Batangnya besar dan kuat, yaitu ibadah. Jika akar tidak kuat, maka batang sekokoh apapun akan guncang dan hancur.
Maka inilah pentingnya menjaga kekokohan aqidah dan keimanan dengan cara :
🔸tahu bagaimana dalilnya
🔸tahu halal-haramnya
🔸responsif melaksanakan perintah-Nya
🔸 tidak transaksional dalam beribadah
🔸bersabar dalam beribadah, termasuk bersabar menunggu terijabahnya doa yang bisa saja ditangguhkan untuk diberikan di akhirat, atau ditunda sampai waktu yang tepat

☀Pertanyaan ☀
❓Bolehkah menjawab pertanyaan anak dengan "tidak tahu" jika kita mmg tdk tahu ilmunya?
✅ Jawaban : Harus.
Jawaban "tidak tahu" termasuk ilmu. Imam Malik bin Anas dan Imam Ahmad pernah menjawab "tidak tahu" saat ditanya hal yang ia tidak tahu.
Pelajaran yang diambil anak2 dari hal ini adalah
(1) jika kita tdk tahu, maka kita menjawab apa adanya, bukan sok tahu.
(2) jika kita tdk tahu, maka kita perlu belajar.

❓Bagaimana mendidik anak agar tidak terlalu menggampangkan sifat maha pengampun Allah, karena bisa saja anak melakukan kesalahan terus-menerus karena ia tahu bahwa Allah Maha Pengampun?
✅ Jawab : tabiat manusia adalah berbuat dosa, dan sebaik2 orang yang melakukan kesalahan adalah yang bertaubat. Ia salah, mengaku bersalah, dan mensucikan diri kembali.
Anak2 yang menggampangkan sifat maha Pengampun Allah dengan melakukan kesalahan berulang2, jangan2 ada yang salah dengan keimanannya. Cek ayat yang berkaitan dengan orang2 munafik, yg menyebutkan 13 karakter terkait yaitu kejujuran, komitmen, dsb. Nasehati anak agar menjauhi sifat orang munafik tsb.

-end-

Jun 12, 2015

Royal Jelly Nature

bismillah..


Malam ini saya mencoba pakai Royal Jelly Nature Republic asli Korea, semacam face mask untuk perawatan wajah, khususnya wrinkle care (selanjutnya saya singkat RJNR aja ya biar gak kepanjangan).

Beli atau impor??
Hehe.. enggaklah.. mana mau saya serempong itu :D

Aslinya ini hadiah dari neng Shely yang liburan ke Korea. Asyik ya, liburan bareng kantor katanya. Bikin mupeng aja.



Tau-tau pas ketemu Shely ngasih oleh-oleh berupa RJNR itu. Surprised!
Tapi itu face mask nyatanya gak buru-buru saya pakai karena entar-entaran.. yang ga sempetlah, yang nunggu malem ajalah.. trus pas malem ga kesempetan aja. Banyak alesan wkwk... Dan sebenarnya ragu juga sih kosmetik ini halal atau tidak.. hehe. Gak ada label halalnya euy.. akhirnya baca dulu ingredientsnya dan sepertinya gak ada bahan mencurigakan. Jadilah baru malam ini (baca: sebulan setelah dikasih) saya pakai.

RJNR ini bentuknya sachet-an yang pembungkusnya bisa dirobek tangan. Di dalamnya ada selembar face mask berbahan kertas tisu nan basah terlumur royal jelly-nya. Agak lengket *yaiyalah* dan sempat saya cicip sejilat. Hmm.. manis. Hihi..

Seperti ini penampakannya :



Tapi tidak seperti gambar di atas, face mask RJNR ini, bagian hidungnya tidak tertutup. Saya juga penasaran, kenapa ya si hidung ga sekalian aja kena treatment. Padahal di hidung ini kulit muka saya lebih kering dibanding daerah lainnya. Hmm...

Face mask ini cara pakainya simpel banget. Setelah muka dibersihkan, tempelkan kertas face masknya dan tunggu sekitar 10-20 menit. Saya sengaja pakai waktu maksimal supaya efeknya makin maksimal hehe... Setelah 20 menit, saya lepas dan cuci muka dengan air hangat.

Hasilnya, taraa... muka terasa halus dan lembab. Face mask bekas yang sudah saya pakai, saya tawarin ke suami untuk nyoba. Masih ada royal jellynya koook.. *gak mau rugi*. Jorok ga ya..wkwk.. yang penting biar nyobain hoho..

Sensasi halus dan lembab di wajah setelah treatment ini, mirip sekali dengan memakai masker madu. Tapi menurut saya sih masih lebih bagus pakai madu asli daripada masker (face mask) RJNR ini, karena lebih lembab dan kenyal. Madu asli bisa langsung dioles di muka yang sudah dibersihkan, atau dipanaskan dulu (biasanya saya tuang di atas sendok dan panaskan di atas api kompor, lalu oleskan setelah agak dingin).

But anyway, RJNR ini lumayanlah buat percobaan. Efeknya langsung terasa, dan mungkin aja bikin wajah semakin oke jika digunakan secara rutin (saya belum bisa menilai benar-benar bagus karena baru 1x pakai).
Yang jelas, buat yang mau praktis dan gak suka ribet, RJNR sheet ini cocok banget. Apalagi untuk dibawa bepergian, kemasannya yang sekali pakai-buang sangat memudahkan.

Ohya tadi saya sempat browsing juga. Di Indo rupanya banyak yang jual. Ada juga varian tomat (untuk kulit putih dan cerah), mawar, bambu dan timun (untuk kulit lembab). Harganya ada yang jual Rp. 19.500-30.000. Ada juga yang membundling dengan isi 3 varian berbeda/paket, dengan harga Rp. 50.000 sepaketnya. Selamat berbelanja deh ya, gak perlu repot ngimpor lagi karena di Indo sini sudah tersedia.

Sekian review saya, selamat mencoba ;)


gambar dari http://www.dailymail.co.uk/femail/article-2080388/Korean-beauty-trend-Masqueology-set-US-storm.html

Mar 26, 2015

Just Write


Bismillah



Kalo aja gak dipaksa-paksa nulis buat blog, kayaknya emang gak bakal jadi tulisan ini. Padahal pas jaman baheula, apa aja bisa ditulis (baca : dicurhatin) daaan ya ampun, gak semuanya penting! *tutupmuka*. Entah kenapa makin kesini rasa-rasanya gak semua hal perlu ditulis di blog. Selain memang ga sempet *alesan* dan minat menulis yang mulai meluntur *salahin sosmed*, alasan lainnya adalah s-e-g-a-n.


Rupanya, salah satu obat untuk mulai rajin menulis lagi adalah blogwalking. Baca-baca tulisan orang, daily life mereka, jurnal teman-teman tentang putra-putrinya, kehidupan di tempat baru, dan lain-lain yang bikin insight bermunculan. Abis itu jadi kepingin nulis deh. Trus update-update aktivitas yang sudah dilakukan. Yah penting gak penting sih. Tapi yang lebih daripada itu semua adalah, terrekam dalam tulisan. Jadi suatu hari bisa dibaca-baca lagi buat jadi kenangan, pelajaran, dan lelucuan aja.. hehe.


Well.. Kalau kebanyakan mikir memang tulisan remeh ini gak akan terposting. Bismillah deh ya, kepingin bisa rutin ngeblog lagi supaya latihan nulis lagi semengalir dulu. Sekalian terapi. Sekalian refleksi. Sekalian dapet banyak temen baru lagi sesama blogger. Sekalian nebar manfaat dan inspirasi. Aaamiin.


Coba kita liat seberapa serius saya mau mulai ngeblog lagi. Hihi..

Namanya juga usaha.. Niat aja dulu. Istiqomah belakangan :p






Jun 4, 2014

Ketika Si Kecil Tantrum



Bismillah..

Menghadapi anak tantrum mungkin menjadi pengalaman nyaris semua orangtua di muka bumi ini, termasuk saya. Peristiwa horor ini berawal saat Farah, putri sulung saya, berusia 1 tahun 10 bulan, dan intensitas tantrumnya cenderung menjadi-jadi pada usia 2 tahun.
Farah kecil memulai aktivitas tantrum pertamanya dengan menangis saat ia tidak mendapatkan apa yang diinginkan. Kabar buruknya adalah, kita sebagai orang terdekatnya sekalipun tidak selalu bisa memahami apa yang ia minta. Tangisannya mulai tak wajar : panjang, lama, penuh kemarahan, kadang juga disertai tindakan menyakiti diri sendiri. Para ahli bilang, tantrum adalah perilaku yang wajar karena anak-anak belum bisa mengekspresikan kekesalan mereka dalam cara yang tepat. Bahkan mereka sendiri juga belum tentu paham apa sebenarnya yang mereka inginkan.
Jadi, ketika Farah tantrum untuk pertama kalinya, saya hanya bilang pada diri sendiri dan ayahnya, “Oke, ini saatnya.”, dan kami mengambil ancang-ancang seperti penunggang kuda yang siap menarik pelana.  Berikut tips-tips yang pernah kami terapkan :


1)  Ilmu Dulu Sebelum (Berkata dan) Beramal
Kutipan masyhur dari ulama besar Imam Bukhari ini sangat relevan diterapkan dalam berbagai sendi kehidupan.  Menyikapi atau melakukan sesuatu memang lebih enak jika sudah punya ilmunya. Maka saya dan suami pun membekali diri dengan pengetahuan seputar tantrum: apa, bagaimana, kapan, dsb. Dengan memiliki ilmu dan informasi yang cukup, alhamdulillah kami tidak terlalu terkejut dan dapat lebih logis ketika menghadapinya.

2)  Tetap Tenang.
Tetap tenang dalam situasi itu rupanya benar-benar tidak mudah, karena anak trantrum seolah-olah menguji sejauh mana kita dapat bersabar. Beberapa cara yang saya coba lakukan agar tetap tenang antara lain, menarik nafas panjang beberapa kali,  berdzikir atau bertaawudz (berlindung dari godaan syaitan agar tak terpancing emosi/marah), minum beberapa teguk, mensugesti diri agar tenang, atau bahkan menertawai sikap tantrum anak yang tidak rasional. Pernah suatu saat putri saya mengamuk sambil menangis keras. Lalu ia meminta saya pergi menjauh, dan saya pun menjauhinya. Baru saja keluar kamar, ia berteriak lagi, “Bunda sini aja..”.
Lihat, sangat tidak rasional, bukan? :D. Justru karena sikap mereka irasional, kita mesti paham bahwa tantrum seringkali tidak perlu dihadapi dengan serius.. hehe.. :)

3) Tonton Saja
Saat anak tantrum, anggaplah ia adalah aktor yang tengah berakting dan kita adalah penontonnya yang tidak terlibat sama sekali dalam adegan tersebut. Tips yang saya dapatkan dari babycenter.org ini rupanya sangat efektif mengendalikan diri saya sendiri. Lho, bukannya yang butuh dikendalikan itu adalah anak??
Sewaktu tantrum, biasanya anak sulit untuk dibujuk, ditenangkan, apalagi diperintah. Sehingga yang perlu dilakukan di awal adalah mengendalikan diri kita sendiri sebelum kita dapat mengendalikannya. Dengan menjadi penonton dan menguasai diri, kita tidak akan terpengaruh dengan adegan  apapun yang anak lakukan. Tonton saja, tak perlu terlibat. 

4) Rendahkan suara
Mendengar tangisan anak yang melengking dan mengamuk, apalagi di tengah orang banyak, seringkali memancing kita untuk meluapkan emosi secara lisan. Jika kita ingin berkata-kata di tengah tantrum anak, pastikan posisi tubuh kita sejajar dengan anak dan suara kita berintonasi rendah.  Posisi tubuh yang sejajar akan memberikan rasa aman pada anak dan perasaan dihargai. Sementara nada bicara yang rendah akan memunculkan feedback emosi lebih terkuasai, dan suara kita juga terdengar lebih berwibawa di depan anak. Sebab suara yang penuh kemarahan biasanya akan dibalas dengan tangisan yang lebih kencang atau tantrum yang semakin menjadi.
Di poin ini, kita bisa bicara pada anak dengan suara yang tegas namun tetap lembut,
“Kamu mau minta apa? Bicara yang jelas, karena Bunda tidak paham jika kamu menangis.”. Dengan cara ini anak akan memahami bahwa tangisannya bukanlah cara yang efektif untuk meminta sesuatu.

4) Biarkan
Salah satu cara efektif menyikapi tantrum adalah dengan membiarkannya, begitu kata banyak ahli. Yang pernah saya lakukan adalah sebagai berikut :
a)      Membiarkan sambil menemani
“Oh.. Farah sedang marah ya. Gak papa, Bunda temani ya nangisnya.” Demikian kalimat yang acap saya katakan saat putri saya tantrum. Saat ia menangis hebat, saya hanya diam, berusaha tetap tenang sambil memperhatikannya.  Cara ini efektif selama kita bisa mengendalikan diri dan tidak terpengaruh oleh tangisannya yang bisa jadi sangat-sangat annoying.

b)      Meninggalkannya
Kadang, saya meninggalkan Farah yang sedang tantrum karena khawatir ikutan kesal atau memang ada hal lain yang harus dikerjakan. Biasanya saya katakan padanya, “Farah kalau sudah selesai nangisnya, kasih tahu Bunda ya,”. Setelah itu kita perlu menengok sesekali, memastikan apakah ia sudah selesai dengan tantrumnya atau belum. “Sudah selesai belum nangisnya? Oh.. belum ya. Ok, Bunda pergi lagi ya. Nanti kalau sudah selesai nangis, bilang ya Far.”
Begitu tangisnya sudah mulai mereda, kita bisa mendatangi sambil memberikan apresiasi berupa kalimat positif, ciuman atau pelukan. “Wah, sudah selesai ya nangisnya.. Anak Bunda pinter sekali, gak nangis lagi. Coba cerita sama Bunda, Farah maunya apa...”.


Teknik komunikasi seperti ini juga pernah saya terapkan saat Farah minta sesuatu. Ketika itu Farah minta digendong, tetapi sambil menangis. Karena saya dan ayahnya tidak ingin mengabulkan permintaan yang dilakukan sambil menangis, kami tidak mengabulkannya. Kontan saja ia tantrum hebat. Tapi kami berusaha konsisten sambil terus mengatakan, “Ayah akan gendong kalau Farah diam. Sudah belum nangisnya?”. Farah yang mulai mengerti pun berusaha menghentikan tangisnya. Seketika itu pula ayahnya menggendong Farah. Namun saat Farah mulai menangis lagi, ayahnya meletakkan lagi ke lantai. Begitu seterusnya berkali-kali sampai Farah benar-benar berhenti menangis. Saat ia berhenti dan sudah tenang, barulah ayahnya menasehati bahwa meminta digendong tidak perlu sambil menangis, tapi cukup bilang saja baik-baik. Sampai sekarang pola ini kami pakai ketika ia kumat (meminta sesuatu sambil menangis/menangis tanpa alasan yang jelas). Dan alhamdulillah Farah sudah sadar, jika kami mendiamkannya maka lama-kelamaan  ia akan berusaha mengendalikan tangisannya sambil tersengguk-sengguk dan berkata, “Sudah, Bunda... Sudah.”. Itu artinya, ia sudah selesai menangis dan siap untuk berbicara baik-baik.


5) Memastikan Keamanan Anak
Seringkali anak yang tnatrum melakukan hal-hal yang berbahaya seperti membentur-benturkan kepalanya ke lantai atau tembok, memukuli badannya sendiri, berguling-guling dll. Ketika membiarkan anak mengekspresikan diri dengan tantrumnya, kita perlu memastikan bahwa : 1) ia tidak melakukan hal yang membahayakan dirinya, 2) ia berada di tempat yang tidak membahayakan dirinya, dan 3) di sekitarnya tidak ada benda berbahaya yang bisa mencelakakan dirinya.


Kira-kira begitulah tips yang saya dan suami lakukan. Yang agak sulit adalah jika Farah tantrum di tempat selain rumahnya, karena orang lain seringkali tidak tega atau cenderung memberikan saja apa yang diminta karena  terganggu mendengar tangisan anak. Kalau sudah begini, orangtuanya harus cukup tegas menegakkan prinsip atau membawa pergi si anak dari TKP.

Ohya, sehebat apapun teknik menghadapi tantrum yang dibagikan para ahli, saya kira semuanya mutlak membutuhkan kesabaran seluas samudra dari kita para orangtuanya. Dan biasanya, kesabaran menghadapi dinamika pada anak berasal dari bagaimana kualitas hubungan kita dengan Allah.

Okay, selamat menghadapi tantrum dengan bahagia ya, Ayah-Bunda. Pasti BISA! J


Rabu, 04.06.2014 - 15:45 wib
~di hari ke-40 adiknya Farah